Pages

Labels

Pages - Menu

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 21 Juni 2014

Kemungkinan Besar Awal Ramadhan Tahun Ini Bakal Berbeda-beda, Mengapa?

Kemungkinan Besar Awal Ramadhan Tahun Ini Bakal Berbeda-beda, Mengapa?

KOMPAS.com — Perbedaan permulaan bulan Ramadhan kemungkinan besar akan terjadi lagi pada 1435 Hijriah atau 2014 Masehi.

Hal itu diungkapkan oleh Hakim L Malasan, dosen astronomi di Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung.

Perbedaan terjadi sebab adanya dua paham dalam penentuan awal Ramadhan, atau secara umum awal kalender Hijriah.

Metode pertama mendasarkan pada perhitungan astronomis dan matematis, disebut hisab. Cara kedua adalah berdasarkan visibilitas

atau penampakan hilal atau bulan baru, disebut rukyat.

Kriteria hisab sebelumnya disebut kriteria wujudul hilal. Muhammadiyah adalah organisasi massa yang menganut prinsip ini. Dengan cara ini, bulan baru ditentukan hanya dengan perhitungan.

Dalam perkembangannya, ada kriteria hisab imkan rukyat yang disusun oleh tim Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) sebagai upaya menyatukan perbedaan antara hisab dan rukyat.

Hakim mengatakan, perbedaan permulaan Ramadhan tahun ini didasarkan pada kemungkinan hilal untuk diamati.

Hakim mengatakan, "Tanggal 27 Juni petang, jarak antara tenggelamnya Bulan dengan Matahari cuma 3 menit."

Saat bulan baru, Matahari, Bumi, dan Bulan terletak pada satu garis lurus. Bulan dan Matahari tenggelam pada waktu yang hampir bersamaan.

Bagi pihak yang menganut wujudul hilal, permulaan puasa sudah bisa ditetapkan, yaitu pada 28 Juni 2014 sebab dasarnya hanya perhitungan.

Muhammadiyah pada Senin (16/6/2014) telah menyatakan bahwa puasa dimulai pada 28 Juni 2014.

Namun, bagi pihak yang menganut imkan rukyat, awal puasa sulit ditetapkan pada tanggal itu. "Karena jaraknya cuma sebentar, maka pengamatan hilal akan sulit," katanya.

Cahaya Matahari terlalu menyilaukan sehingga pengamat di Bumi cenderung kurang sensitif dalam melihat bulan baru yang berbentuk sabit supertipis.

"Jadi mereka yang mendasarkan pada imkan rukyat akan menyatakan bahwa Ramadhan jatuh pada 29 Juni 2014," jelas Hakim.

Pada 18 Juni 2014 petang, jarak tenggelamnya Bulan dan Matahari sudah cukup lama, sekitar 1 jam.

Hakim mengungkapkan, teknologi sebenarnya bisa menyelesaikan permasalahan perbedaan awal puasa, misalnya dengan teleskop yang lebih canggih atau astrofotografi.

Namun, yang lebih dibutuhkan adalah kemauan untuk mengubah pandangan dan keterbukaan sehingga awal ibadah puasa dan hari raya Idul Fitri bisa disatukan.

Menurut Hakim, menoleransi perbedaan saja tidak cukup. Pemerintah perlu berperan sehingga awal ibadah dan hari raya sesama umat bisa disatukan.
https://www.facebook.com/pages/Geografi-for-education/364347966998504?fref=nf

0 komentar:

Posting Komentar

 

web widgets

counter

visitor

Flag Counter