Pages

Labels

Pages - Menu

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 24 Mei 2014

Setahun di Planet ini Setara 80 Ribu Tahun di Bumi

Setahun di Planet ini Setara 80 Ribu Tahun di Bumi

Baru-baru ini ilmuwan menambahkan sebuah planet gas bernama GU Psc b ke dalam daftar eksoplanet. Planet tersebut mengorbit bintang GU Psc, sebuah bintang muda berusia 100 juta tahun yang ukurannya tiga kali lebih besar dari Matahari kita dan berada di konstelasi Pisces. Tim peneliti yang dipimpin oleh Marie-Ève Naud, mahasiswa pascasarana dari Université de Montréal berhasil menemukan planet ini setelah menggabungkan data pengamatan dari Gemini Observatories, Observatoire Mont-Mégantic (OMM), Canada-France-Hawaii Telescope (CFHT), dan W.M. Keck Observatory.

Planet GU Psc b adalah planet yang sangat aneh, karena letak orbitnya yang sangat jauh dari bintangnya yakni sekira 2000 kali jarak Matahari dengan Bumi. Jarak Matahari dengan Bumi sekira 150 juta kilometer yang berarti jika dikalikan 2000 maka jaraknya sekira 300.000.000.000 kilometer (300 miliar km). Jika Bumi punya orbit seperti GU Psc b, maka dibutuhkan waktu selama 80.000 tahun untuk sekali mengelilingi bintangnya (revolusi). Planet ini tidak mudah untuk diamati sebab pantulan cahaya bintang dipermukaannya sangat redup dan memiliki suhu yang rendah, sehingga pengamatan dilakukan melalui deteksi inframerah.

Ilustrasi planet gas GU Psc b mengorbit bintang GU Psc yang jaraknya 300.000.000.000 kilometer.
Foto: Setahun di Planet ini Setara 80 Ribu Tahun di Bumi

Baru-baru ini ilmuwan menambahkan sebuah planet gas bernama GU Psc b ke dalam daftar eksoplanet. Planet tersebut mengorbit bintang GU Psc, sebuah bintang muda berusia 100 juta tahun yang ukurannya tiga kali lebih besar dari Matahari kita dan berada di konstelasi Pisces. Tim peneliti yang dipimpin oleh Marie-Ève Naud, mahasiswa pascasarana dari Université de Montréal berhasil menemukan planet ini setelah menggabungkan data pengamatan dari Gemini Observatories, Observatoire Mont-Mégantic (OMM), Canada-France-Hawaii Telescope (CFHT), dan W.M. Keck Observatory.

Planet GU Psc b adalah planet yang sangat aneh, karena letak orbitnya yang sangat jauh dari bintangnya yakni sekira 2000 kali jarak Matahari dengan Bumi. Jarak Matahari dengan Bumi sekira 150 juta kilometer yang berarti jika dikalikan 2000 maka jaraknya sekira 300.000.000.000 kilometer (300 miliar km). Jika Bumi punya orbit seperti GU Psc b, maka dibutuhkan waktu selama 80.000 tahun untuk sekali mengelilingi bintangnya (revolusi). Planet ini tidak mudah untuk diamati sebab pantulan cahaya bintang dipermukaannya sangat redup dan memiliki suhu yang rendah, sehingga pengamatan dilakukan melalui deteksi inframerah. 

Ilustrasi planet gas GU Psc b mengorbit bintang GU Psc yang jaraknya 300.000.000.000 kilometer.

#VIrgo

Ilmuwan Bahas Metode Komunikasi Dengan Alien

Ilmuwan Bahas Metode Komunikasi Dengan Alien
Foto: Ilmuwan Bahas Metode Komunikasi Dengan Alien

Pencarian makhluk asing atau disebut dengan alien masih terus menjadi sorotan para ilmuwan. Hal itu menyusul ilmuwan di berbagai belahan dunia sudah mengerahkan teknologi dan kemampuan terbaiknya, belum ditemukan sinyal alien, alih-alih menemukan wujud dan peradaban alien. 

Sejuah ini yang sudah ditemukan hanyalah seni 'lukisan' maupun ukiran pada bebatuan yang kemudian dispekulasikan sebagai tanda kehadiran alien di permukaan bumi pada masa lalu. 

Mengingat sulitnya mencari kontak dengan mahluk luar bumi itu, Badan Antariksa AS (NASA) mengumpulkan pemikiran para pakar dan ilmuwan dalam buku khusus berjudul Archaeology, Anthropology and Interstellar Communication. 

Buku kumpulan tulisan 330 halaman itu mengupas-tuntas tentang upaya pencarian alien dan bagaimana metode menjalin kontak pertama dengan mahluk asing itu.

Dalam salah satu bab, William Edmonson, salah satu penulis dari University of Birmingham, Inggris, mempertimbangkan kehadiran alien di Bumi. Buktinya dapat dilihat pada jejak seni batuan.  "Kami dapat mengatakan setidaknya ada pola-pola yang menandakan kenapa mereka merajah di bebatuan. Siapa yang menciptakan itu? Mereka mungkin dibuat alien," tulisnya. 

Namun demikian, pada pengantar buku itu, Douglas Vakoch, yang merupakan Direktur Interstellar Message Composition di Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) Institute, menggambarkan bagaimana susahnya membuat kontak pertama dengan alien. 

Menurutnya, jika pun teknologi sinyal radio canggih nantinya bisa mendeteksi keberadaan alien, belum jaminan akan menguak mahluk asing itu sepenuhnya. "Sebab teknologi tidak mengetahui apa yang mereka katakan," ujarnya. 

Dia menambahkan, jika pun sinyal mampu mendeteksi peradaban yang mengelilingi dekat dengan bumi, tapi sinyal itu datang dari jarak yang sangat jauh. "Sinyal akan melalui triliunan mil, dan mencapai bumi setelah berjalan bertahun-tahun," imbuh Vakoch. 

Mengingat susahnya pencarian alien itu, ia mengatakan, pentingnya masukan dari berbagai lintas ilmuwan. Misalnya pencarian alien bisa mencontoh para arkeologis dalam menyatukan fragmentasi bukti-bukti. Peneliti SETI nantinya diharapkan bisa menerapkan rekonstruksi peradaban yang sangat jauh terpisah dari manusia itu. 

"Karena kami berupaya untuk memecahkan dan menafsirkan pesan makhluk luar angkasa, kami diminta memahami pola pikir spesies yang secara radikal merupakan asing," imbuh pengantarnya. 

Vakoch menjelaskan, tantangan untuk menjalin kontak dengan alien berangkat dari dasar komunikasi yang digunakan alien kemungkinan berbeda dengan komunikasi manusia. 

Menurutnya, tidak mungkin alien menggunakan media suara untuk berkomunikasi seperti yang dilakukan manusia di Bumi. "Dengan kata lain, visi dan penggunaan gambar (pada alien) setidaknya masuk akal," tulisnya.  Dengan mempelajari pencitraan planet layak huni di masa depan, Vakoch mengatakan, manusia berpotensi mengungkapkan susunan objek fisik dan menunjukkan keberadaan kehidupan alien. 

Namun, dibutuhkan teleskop optik raksasa yang hampir sudah dipenuhi. Sebagai gambaran saja, teleskop dengan diameter 620 Km saja hanya bisa mendeteksi objek diameter 1 km pada jarak 100 tahun cahaya.  Untuk itu, menurutnya, dengan kolaborasi antropologi dan arkeologi, manusia akan lebih siap menjalin kontak dengan peradaban dari luar Bumi.

Nb : Bagaimana jika alien mengetahui posisi kita terus mereka menginvasi Bumi?

#VIrgo
 

Pencarian makhluk asing atau disebut dengan alien masih terus menjadi sorotan para ilmuwan. Hal itu menyusul ilmuwan di berbagai belahan dunia sudah mengerahkan teknologi dan kemampuan terbaiknya, belum ditemukan sinyal alien, alih-alih menemukan wujud dan peradaban alien.

Cepatnya Hari Berlalu di Planet-Planet Ini

Cepatnya Hari Berlalu di Planet-Planet Ini

Foto: Cepatnya Hari Berlalu di Planet-Planet Ini
 #NTL like + Share ya..... 

Beta Pictoris b adalah planet yang mengorbit bintang jauh. Lamanya sehari di sana hanya 8 jam!
Ilustrasi planet (Thinkstockphoto)
Alam semesta kita senantiasa bergerak. Belum lama ini, Space Scoop telah menjelaskan bahwa tepat pada saat ini kalian sedang melesat menembus ruang angkasa dengan kecepatan ratusan ribu kilometer per jam.

Bumi bergerak, Tata Surya kita bergerak, bahkan Galaksi kita pun meluncur di angkasa.

Kita menggunakan pergerakan Bumi di ruang angkasa untuk mengukur waktu. Kita menyebut waktu yang dibutuhkan Bumi untuk sekali berotasi sebagai satu ‘hari’. Setahun adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk sekali mengorbit Matahari.

Namun, lamanya berotasi dan mengorbit bisa berbeda-beda di planet lain. Misalnya, sekali mengorbit (setahun) di Merkurius membutuhkan waktu 87 hari Bumi. Artinya, Merkurius mengorbit Matahari empat kali setiap setahun Bumi. Jadi, jika kalian berumur 10 tahun di Bumi, kalian akan berumur 40 tahun di Merkurius!

Lamanya hari juga berbeda di planet lain. Misalnya, satu hari di Jupiter berlangsung hanya selama 10 jam Bumi. Kini astronom telah mengukur lamanya hari di sebuah planet di luar Tata Surya atau eksoplanet.

Beta Pictoris b adalah planet yang mengorbit bintang jauh. Planet ini 16 kali lebih besar daripada Bumi, tapi lamanya sehari di sana hanya 8 jam! Artinya, planet itu mestinya berputar di angkasa dengan kecepatan hampir 100.000 kilometer per jam.

Beta Pictoris b berotasi jauh lebih cepat daripada planet-planet di Tata Surya. Sebagai perbandingan, Jupiter berotasi sekitar 47.000 km per jam, sedangkan Bumi berputar hanya 1.700 km per jam.
Beta Pictoris b adalah planet yang mengorbit bintang jauh. Lamanya sehari di sana hanya 8 jam!
Ilustrasi planet (Thinkstockphoto)
Alam semesta kita senantiasa bergerak. Belum lama ini, Space Scoop telah menjelaskan bahwa tepat pada saat ini kalian sedang melesat menembus ruang angkasa dengan kecepatan ratusan ribu kilometer per jam.

Bumi bergerak, Tata Surya kita bergerak, bahkan Galaksi kita pun meluncur di angkasa.

Kita menggunakan pergerakan Bumi di ruang angkasa untuk mengukur waktu. Kita menyebut waktu yang dibutuhkan Bumi untuk sekali berotasi sebagai satu ‘hari’. Setahun adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk sekali mengorbit Matahari.

Tahun 2014, Musim Kemarau Berpotensi Lebih Kering dan Panjang

Tahun 2014, Musim Kemarau Berpotensi Lebih Kering dan Panjang

Foto: Tahun 2014, Musim Kemarau Berpotensi Lebih Kering dan Panjang

#Roh 

Musim kemarau tahun 2014 berpotensi lebih kering dan lebih panjang dari tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah El Nino, fenomena naiknya suhu muka laut di Samudra Pasifik yang memengaruhi pembentukan awan dan curah hujan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Mulyono R Prabowo, mengatakan, "El Nino akan mengganggu proses pembentukan awan hujan, terutama di Indonesia Barat."

Mulyono menerangkan, El Nino yang berpotensi datang pada bulan Juli hingga Agustus 2014 sebenarnya berskala lemah. Artinya, peningkatan suhu muka laut di Pasifik berkisar 0,5 hingga 1 derajat Celsius.

Namun, El Nino tetap harus diantisipasi. "Karena terjadi ketika wilayah Indonesia, terutama Sumatera, Jawa, dan selatan Indonesia sedang mengalami musim kemarau," kata Mulyono saat dihubungi, Jumat (16/5).

Di Jawa dan Sumatera, El Nino berpotensi mendatangkan kemarau yang lebih kering dan panjang. Sektor pertanian harus mulai mengantisipasi hal itu. Demikian pula kemungkinan terulangnya kebakaran hutan seperti di Riau.

"Yang perlu dipersiapkan adalah water management," kata Mulyono. Kalangan petani, misalnya, bisa mulai menampung air dari hujan yang saat ini masih terjadi sebagai persediaan pada musim kemarau nanti. Cara lain adalah membuat bendungan kecil.

"Selain itu bisa juga dengan pemilihan varietas tanaman. Kalau semula menanam padi yang membutuhkan air banyak, sekarang bisa menanam yang membutuhkan air lebih sedikit, atau berganti komoditas ke palawija," urai Mulyono.

Sementara itu, Indonesia Barat mungkin dilanda kekeringan, Indonesia Timur mungkin mengalami surplus air. Mulyono mengungkapkan, El Nino mungkin menggeser pertumbuhan awan ke wilayah Indonesia Timur.

Surplus air bisa bermakna keuntungan atau kewaspadaan. Sebab, bila tak dikelola, air juga bisa menjadi bencana. "Karena contohnya bendungan Wae Ela di Ambon dahulu jebol pada saat musim kemarau," papar Mulyono.

Menurut Mulyono, El Nino adalah fenomena cuaca biasa yang secara periodik terjadi dengan rentang waktu antara 2-7 tahun. Meski begitu, ada kecenderungan peningkatan frekuensi terjadinya El Nino.

"Antara awal tahun 1900-1960, El Nino jarang terjadi sehingga disebut periode nonaktif. Tetapi, sejak tahun 1960-an hingga sekarang, El Nino semakin sering terjadi, disebut periode aktif," ungkapnya.

Walau variasi aktif dan nonaktif bisa dikatakan hal biasa, ada indikasi bahwa peningkatan frekuensi terjadinya El Nino berkaitan dengan aktivitas manusia yang secara tidak langsung berkontribusi pada kenaikan suhu muka laut Pasifik.

Kegiatan manusia membuka hutan, mengubahnya menjadi lahan pertanian, perkebunan, maupun perumahan memengaruhi uap air yang menuju ke udara. Bergabung dengan faktor lain yang memengaruhi cuaca, aktivitas manusia turut memicu peningkatan kejadian El Nino.

source: national geographic indonesia

Musim kemarau tahun 2014 berpotensi lebih kering dan lebih panjang dari tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah El Nino, fenomena naiknya suhu muka laut di Samudra Pasifik yang memengaruhi pembentukan awan dan curah hujan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Mulyono R Prabowo, mengatakan, "El Nino akan mengganggu proses pembentukan awan hujan, terutama di Indonesia Barat."

TEORI-TEORI PEMBENTUKAN TATA SURYA

TEORI-TEORI PEMBENTUKAN TATA SURYA

Kecerdasan yang diberikan oleh TUHAN kepada manusia memang sangat mengesankan, sehingga beberapa manusia cerdas yang turut andil dalam perkembangan ilmu pengetahuan dapat merumuskan sebuah pola di masa lalu dengan fakta-fakta yang ada pada masa sekarang.
salah satunya adalah munculnya teori – teori pembentukan tata surya yang dilahirkan oleh beberapa ilmuwan yang kemudian berkembang menjadi sebuah pemahaman dasar pada sejarah tata surya di masa silam. apa saja teori teori pembentukan jagad raya tersebut? silahkan simak di bawah ini :

1. Teori Proto Planet (Awan Debu) [Carl Von Weizsaecker, G.P. Kuiper & Subrahmanyan Chandarasekhar]


Tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas dan debu. Alam semesta saat ini juga terdapat
 

web widgets

counter

visitor

Flag Counter