Pages

Labels

Pages - Menu

Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 24 Mei 2014

Ilmuwan Bahas Metode Komunikasi Dengan Alien

Ilmuwan Bahas Metode Komunikasi Dengan Alien
Foto: Ilmuwan Bahas Metode Komunikasi Dengan Alien

Pencarian makhluk asing atau disebut dengan alien masih terus menjadi sorotan para ilmuwan. Hal itu menyusul ilmuwan di berbagai belahan dunia sudah mengerahkan teknologi dan kemampuan terbaiknya, belum ditemukan sinyal alien, alih-alih menemukan wujud dan peradaban alien. 

Sejuah ini yang sudah ditemukan hanyalah seni 'lukisan' maupun ukiran pada bebatuan yang kemudian dispekulasikan sebagai tanda kehadiran alien di permukaan bumi pada masa lalu. 

Mengingat sulitnya mencari kontak dengan mahluk luar bumi itu, Badan Antariksa AS (NASA) mengumpulkan pemikiran para pakar dan ilmuwan dalam buku khusus berjudul Archaeology, Anthropology and Interstellar Communication. 

Buku kumpulan tulisan 330 halaman itu mengupas-tuntas tentang upaya pencarian alien dan bagaimana metode menjalin kontak pertama dengan mahluk asing itu.

Dalam salah satu bab, William Edmonson, salah satu penulis dari University of Birmingham, Inggris, mempertimbangkan kehadiran alien di Bumi. Buktinya dapat dilihat pada jejak seni batuan.  "Kami dapat mengatakan setidaknya ada pola-pola yang menandakan kenapa mereka merajah di bebatuan. Siapa yang menciptakan itu? Mereka mungkin dibuat alien," tulisnya. 

Namun demikian, pada pengantar buku itu, Douglas Vakoch, yang merupakan Direktur Interstellar Message Composition di Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) Institute, menggambarkan bagaimana susahnya membuat kontak pertama dengan alien. 

Menurutnya, jika pun teknologi sinyal radio canggih nantinya bisa mendeteksi keberadaan alien, belum jaminan akan menguak mahluk asing itu sepenuhnya. "Sebab teknologi tidak mengetahui apa yang mereka katakan," ujarnya. 

Dia menambahkan, jika pun sinyal mampu mendeteksi peradaban yang mengelilingi dekat dengan bumi, tapi sinyal itu datang dari jarak yang sangat jauh. "Sinyal akan melalui triliunan mil, dan mencapai bumi setelah berjalan bertahun-tahun," imbuh Vakoch. 

Mengingat susahnya pencarian alien itu, ia mengatakan, pentingnya masukan dari berbagai lintas ilmuwan. Misalnya pencarian alien bisa mencontoh para arkeologis dalam menyatukan fragmentasi bukti-bukti. Peneliti SETI nantinya diharapkan bisa menerapkan rekonstruksi peradaban yang sangat jauh terpisah dari manusia itu. 

"Karena kami berupaya untuk memecahkan dan menafsirkan pesan makhluk luar angkasa, kami diminta memahami pola pikir spesies yang secara radikal merupakan asing," imbuh pengantarnya. 

Vakoch menjelaskan, tantangan untuk menjalin kontak dengan alien berangkat dari dasar komunikasi yang digunakan alien kemungkinan berbeda dengan komunikasi manusia. 

Menurutnya, tidak mungkin alien menggunakan media suara untuk berkomunikasi seperti yang dilakukan manusia di Bumi. "Dengan kata lain, visi dan penggunaan gambar (pada alien) setidaknya masuk akal," tulisnya.  Dengan mempelajari pencitraan planet layak huni di masa depan, Vakoch mengatakan, manusia berpotensi mengungkapkan susunan objek fisik dan menunjukkan keberadaan kehidupan alien. 

Namun, dibutuhkan teleskop optik raksasa yang hampir sudah dipenuhi. Sebagai gambaran saja, teleskop dengan diameter 620 Km saja hanya bisa mendeteksi objek diameter 1 km pada jarak 100 tahun cahaya.  Untuk itu, menurutnya, dengan kolaborasi antropologi dan arkeologi, manusia akan lebih siap menjalin kontak dengan peradaban dari luar Bumi.

Nb : Bagaimana jika alien mengetahui posisi kita terus mereka menginvasi Bumi?

#VIrgo
 

Pencarian makhluk asing atau disebut dengan alien masih terus menjadi sorotan para ilmuwan. Hal itu menyusul ilmuwan di berbagai belahan dunia sudah mengerahkan teknologi dan kemampuan terbaiknya, belum ditemukan sinyal alien, alih-alih menemukan wujud dan peradaban alien.

Sejauh ini yang sudah ditemukan hanyalah seni 'lukisan' maupun ukiran pada bebatuan yang kemudian dispekulasikan sebagai tanda kehadiran alien di permukaan bumi pada masa lalu.

Mengingat sulitnya mencari kontak dengan mahluk luar bumi itu, Badan Antariksa AS (NASA) mengumpulkan pemikiran para pakar dan ilmuwan dalam buku khusus berjudul Archaeology, Anthropology and Interstellar Communication.

Buku kumpulan tulisan 330 halaman itu mengupas-tuntas tentang upaya pencarian alien dan bagaimana metode menjalin kontak pertama dengan mahluk asing itu.

Dalam salah satu bab, William Edmonson, salah satu penulis dari University of Birmingham, Inggris, mempertimbangkan kehadiran alien di Bumi. Buktinya dapat dilihat pada jejak seni batuan. "Kami dapat mengatakan setidaknya ada pola-pola yang menandakan kenapa mereka merajah di bebatuan. Siapa yang menciptakan itu? Mereka mungkin dibuat alien," tulisnya.

Namun demikian, pada pengantar buku itu, Douglas Vakoch, yang merupakan Direktur Interstellar Message Composition di Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) Institute, menggambarkan bagaimana susahnya membuat kontak pertama dengan alien.

Menurutnya, jika pun teknologi sinyal radio canggih nantinya bisa mendeteksi keberadaan alien, belum jaminan akan menguak mahluk asing itu sepenuhnya. "Sebab teknologi tidak mengetahui apa yang mereka katakan," ujarnya.

Dia menambahkan, jika pun sinyal mampu mendeteksi peradaban yang mengelilingi dekat dengan bumi, tapi sinyal itu datang dari jarak yang sangat jauh. "Sinyal akan melalui triliunan mil, dan mencapai bumi setelah berjalan bertahun-tahun," imbuh Vakoch.

Mengingat susahnya pencarian alien itu, ia mengatakan, pentingnya masukan dari berbagai lintas ilmuwan. Misalnya pencarian alien bisa mencontoh para arkeologis dalam menyatukan fragmentasi bukti-bukti. Peneliti SETI nantinya diharapkan bisa menerapkan rekonstruksi peradaban yang sangat jauh terpisah dari manusia itu.

"Karena kami berupaya untuk memecahkan dan menafsirkan pesan makhluk luar angkasa, kami diminta memahami pola pikir spesies yang secara radikal merupakan asing," imbuh pengantarnya.

Vakoch menjelaskan, tantangan untuk menjalin kontak dengan alien berangkat dari dasar komunikasi yang digunakan alien kemungkinan berbeda dengan komunikasi manusia.

Menurutnya, tidak mungkin alien menggunakan media suara untuk berkomunikasi seperti yang dilakukan manusia di Bumi. "Dengan kata lain, visi dan penggunaan gambar (pada alien) setidaknya masuk akal," tulisnya. Dengan mempelajari pencitraan planet layak huni di masa depan, Vakoch mengatakan, manusia berpotensi mengungkapkan susunan objek fisik dan menunjukkan keberadaan kehidupan alien.

Namun, dibutuhkan teleskop optik raksasa yang hampir sudah dipenuhi. Sebagai gambaran saja, teleskop dengan diameter 620 Km saja hanya bisa mendeteksi objek diameter 1 km pada jarak 100 tahun cahaya. Untuk itu, menurutnya, dengan kolaborasi antropologi dan arkeologi, manusia akan lebih siap menjalin kontak dengan peradaban dari luar Bumi.

Nb : Bagaimana jika alien mengetahui posisi kita terus mereka menginvasi Bumi?
Foto: Ilmuwan Bahas Metode Komunikasi Dengan Alien

Pencarian makhluk asing atau disebut dengan alien masih terus menjadi sorotan para ilmuwan. Hal itu menyusul ilmuwan di berbagai belahan dunia sudah mengerahkan teknologi dan kemampuan terbaiknya, belum ditemukan sinyal alien, alih-alih menemukan wujud dan peradaban alien. 

Sejuah ini yang sudah ditemukan hanyalah seni 'lukisan' maupun ukiran pada bebatuan yang kemudian dispekulasikan sebagai tanda kehadiran alien di permukaan bumi pada masa lalu. 

Mengingat sulitnya mencari kontak dengan mahluk luar bumi itu, Badan Antariksa AS (NASA) mengumpulkan pemikiran para pakar dan ilmuwan dalam buku khusus berjudul Archaeology, Anthropology and Interstellar Communication. 

Buku kumpulan tulisan 330 halaman itu mengupas-tuntas tentang upaya pencarian alien dan bagaimana metode menjalin kontak pertama dengan mahluk asing itu.

Dalam salah satu bab, William Edmonson, salah satu penulis dari University of Birmingham, Inggris, mempertimbangkan kehadiran alien di Bumi. Buktinya dapat dilihat pada jejak seni batuan.  "Kami dapat mengatakan setidaknya ada pola-pola yang menandakan kenapa mereka merajah di bebatuan. Siapa yang menciptakan itu? Mereka mungkin dibuat alien," tulisnya. 

Namun demikian, pada pengantar buku itu, Douglas Vakoch, yang merupakan Direktur Interstellar Message Composition di Search for Extra-Terrestrial Intelligence (SETI) Institute, menggambarkan bagaimana susahnya membuat kontak pertama dengan alien. 

Menurutnya, jika pun teknologi sinyal radio canggih nantinya bisa mendeteksi keberadaan alien, belum jaminan akan menguak mahluk asing itu sepenuhnya. "Sebab teknologi tidak mengetahui apa yang mereka katakan," ujarnya. 

Dia menambahkan, jika pun sinyal mampu mendeteksi peradaban yang mengelilingi dekat dengan bumi, tapi sinyal itu datang dari jarak yang sangat jauh. "Sinyal akan melalui triliunan mil, dan mencapai bumi setelah berjalan bertahun-tahun," imbuh Vakoch. 

Mengingat susahnya pencarian alien itu, ia mengatakan, pentingnya masukan dari berbagai lintas ilmuwan. Misalnya pencarian alien bisa mencontoh para arkeologis dalam menyatukan fragmentasi bukti-bukti. Peneliti SETI nantinya diharapkan bisa menerapkan rekonstruksi peradaban yang sangat jauh terpisah dari manusia itu. 

"Karena kami berupaya untuk memecahkan dan menafsirkan pesan makhluk luar angkasa, kami diminta memahami pola pikir spesies yang secara radikal merupakan asing," imbuh pengantarnya. 

Vakoch menjelaskan, tantangan untuk menjalin kontak dengan alien berangkat dari dasar komunikasi yang digunakan alien kemungkinan berbeda dengan komunikasi manusia. 

Menurutnya, tidak mungkin alien menggunakan media suara untuk berkomunikasi seperti yang dilakukan manusia di Bumi. "Dengan kata lain, visi dan penggunaan gambar (pada alien) setidaknya masuk akal," tulisnya.  Dengan mempelajari pencitraan planet layak huni di masa depan, Vakoch mengatakan, manusia berpotensi mengungkapkan susunan objek fisik dan menunjukkan keberadaan kehidupan alien. 

Namun, dibutuhkan teleskop optik raksasa yang hampir sudah dipenuhi. Sebagai gambaran saja, teleskop dengan diameter 620 Km saja hanya bisa mendeteksi objek diameter 1 km pada jarak 100 tahun cahaya.  Untuk itu, menurutnya, dengan kolaborasi antropologi dan arkeologi, manusia akan lebih siap menjalin kontak dengan peradaban dari luar Bumi.

Nb : Bagaimana jika alien mengetahui posisi kita terus mereka menginvasi Bumi?

#VIrgo 
sumber :https://www.facebook.com/pages/Pecinta-Astronomi-Indonesia/205818112883261?ref=ts&fref=ts

0 komentar:

Posting Komentar

 

web widgets

counter

visitor

Flag Counter